Oleh Jarjani Usman
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa”
(QS. al-Maidah: 8).
Bagi orang yang menyempatkan diri membaca sejarah Nabi Muhammad SAW,
akan mendapati betapa konsistennya beliau dalam menegakkan keadilan.
Tidak membeda-bedakan antara orang Arab dengan yang non Arab. Juga tidak
membeda-bedakan antara anggota keluarganya sendiri dengan orang lain
dalam menegakkan hukum. Ini menunjukkan bahwa keadilan adalah faktor
yang tidak boleh tidak ada dalam kehidupan manusia di dunia ini. Di mana
pun di dunia ini, ketidak-adilan selalu melahirkan berbagai
ketidakbaikan atau ketidakharmonisan umat manusia.
Namun, di wilayah ketidak-adilan lah sebahagian manusia gemar bermain.
Kalau sudah mendapatkan kesempatan berkuasa, apa yang sudah
bertahun-tahun dibangun oleh Rasulullah, seperti keadilan dalam
masyarakat, diruntuhkan. Tak peduli ada pihak yang teraniaya, tertindas,
atau terdiskriminasikan. Terlalu gegabah menyebut saudara-saudara
seiman sebagai orang lain, bila mereka tidak termasuk dalam kelompok
kita. Ketika disebut “orang lain”, maka seringkali yang diutamakan
adalah diri sendiri atau orang-orang dari kelompok sendiri. Padahal
Rasulullah telah menjelaskan betapa eratnya persaudaraan sesama muslim,
ibarat tubuh yang satu.
Bila memang tak mampu berbuat adil sebagaimana ditunjukkan Rasulullah,
bagaimanakah kita menyebut diri sebagai pengikut Rasulullah? Sepantasnya
kita berusaha memperbaiki diri dan belajar mengikuti jejak-jejak
Rasulullah dari satu persoalan hidup ke persoalan lainnya, seperti
persoalan keadilan. Dengan cara beginilah kita memperbaiki kehidupan
ini. Kalau tidak, sama artinya kita ikut berandil atau
sekurang-kurangnya membiarkan tatanan hidup ini berantakan dengan
ketidak-adilan.
Serambi/-
No comments:
Post a Comment